Upskilling vs Reskilling: Cara Bertahan dan Berkembang di Tengah Perubahan Dunia Kerja

Bayangkan seorang profesional bernama Rani, yang bekerja sebagai akuntan selama lebih dari satu dekade. Ketika ia pertama kali memulai, proses pencatatan keuangan masih menggunakan metode manual dan laporan disusun secara tradisional. Namun, seiring berjalannya waktu, teknologi berkembang pesat, dan otomatisasi pun masuk ke ranah pekerjaan yang dulu dilakukan secara manual. Di sinilah Rani menyadari bahwa apa yang dulu menjadi keterampilannya, kini telah ketinggalan zaman. Dengan rasa khawatir, ia mulai mempertimbangkan pilihan: apakah ia harus meningkatkan keterampilan yang sudah ada (upskilling) atau belajar keterampilan baru sama sekali (reskilling)?

Dunia kerja saat ini berubah lebih cepat dari sebelumnya. Kemajuan teknologi seperti otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning telah mengubah lanskap banyak industri. Banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia kini bisa digantikan oleh mesin. Bagi karyawan yang tidak siap dengan perubahan ini, risiko kehilangan pekerjaan menjadi nyata.

Sebagai contoh, seorang manajer penjualan yang tidak memahami analitik digital mungkin tidak dapat bersaing dengan mereka yang menguasai teknologi pemasaran modern. Di sinilah konsep upskilling dan reskilling menjadi sangat penting.

1. Upskilling: Meningkatkan keterampilan yang sudah dimiliki untuk tetap relevan di posisi saat ini.

2. Reskilling: Mempelajari keterampilan baru yang berbeda dari pekerjaan yang sedang dilakukan saat ini, guna beralih ke peran atau industri yang baru.

Bagi karyawan yang ingin tetap kompetitif dan perusahaan yang ingin menjaga keunggulan mereka, keduanya adalah strategi yang wajib diimplementasikan.

Kenapa masalah ini begitu penting?

1. Kemajuan Teknologi: Otomatisasi telah menghilangkan banyak pekerjaan rutin. Menurut laporan dari World Economic Forum, sekitar 85 juta pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2025. Karyawan yang tidak memperbarui keterampilan mereka akan tertinggal.

2. Perubahan Kebutuhan Pasar Kerja: Perusahaan kini mencari karyawan yang bisa beradaptasi, memiliki keterampilan digital, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Tanpa upskilling, sulit bagi pekerja untuk memenuhi ekspektasi baru ini.

3. Tantangan dalam Dunia Kerja yang Kompetitif: Dengan semakin banyaknya profesional yang mengembangkan keterampilan mereka, kompetisi menjadi lebih ketat. Mereka yang menunda belajar keterampilan baru berisiko tertinggal.

Contoh nyata dari dunia kerja adalah transformasi di sektor perbankan. Banyak teller bank yang kehilangan pekerjaannya karena otomatisasi. Namun, mereka yang mengambil kesempatan untuk “reskilling” ke bidang layanan digital atau analisis keuangan menemukan peluang baru dan mempertahankan pekerjaan mereka.

Solusi Praktis

Bagaimana caranya agar karyawan dan perusahaan bisa menghadapi tantangan ini? Berikut adalah 3 strategi praktis yang bisa diterapkan:

1. Identifikasi Keterampilan yang Relevan dengan Industri 

Pertama, penting untuk memahami keterampilan apa yang sedang dibutuhkan oleh industri Anda. Misalnya, di dunia pemasaran, keterampilan seperti analitik data, optimisasi mesin pencari (SEO), dan manajemen media sosial sangat dicari.

Melakukan “upskilling” dalam bidang ini akan membuat Anda lebih berharga bagi perusahaan Anda.

Sementara itu, jika industri Anda terancam oleh otomatisasi, mungkin “reskilling” ke bidang yang lebih stabil seperti data analysis atau manajemen proyek adalah pilihan bijak.

2. Manfaatkan Pelatihan dan Sertifikasi Online 

Platform seperti Coursera, Udemy, dan LinkedIn Learning menawarkan kursus online dan sertifikasi yang dapat membantu Anda mengembangkan keterampilan baru. Ini tidak hanya membantu dalam “upskilling”, tetapi juga dapat menjadi langkah pertama dalam “reskilling” jika Anda berencana berpindah karir. Misalnya, seorang teknisi lapangan yang belajar coding melalui kursus online dapat beralih ke peran yang lebih digital, seperti software development.

3. Ambil Proyek di Luar Zona Nyaman Anda

Salah satu cara terbaik untuk berkembang adalah dengan mengambil proyek-proyek yang menantang dan di luar tanggung jawab harian Anda. Jika Anda berada di posisi manajerial, mungkin mengambil peran dalam proyek teknologi dapat membantu Anda memahami aspek digital lebih baik. Hal ini merupakan bentuk “upskilling” sekaligus peluang untuk “reskilling” jika ternyata peran baru tersebut membuka jalan karir yang baru.

Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, baik “upskilling” maupun “reskilling” akan membawa banyak manfaat:

1. Meningkatkan Daya Saing: Karyawan yang terus belajar dan mengembangkan keterampilannya akan lebih siap menghadapi tantangan baru dan dapat memenuhi ekspektasi perusahaan dengan lebih baik. Ini membantu mereka tetap relevan di pasar kerja yang berubah.

2. Peluang Karir Baru: Reskilling membuka peluang bagi karyawan untuk memasuki bidang atau peran baru yang lebih menjanjikan. Misalnya, seorang HR generalist yang mempelajari manajemen talenta berbasis AI dapat mengambil posisi lebih strategis di perusahaan.

3. Kestabilan Karir: Dengan terus mengembangkan keterampilan melalui upskilling, karyawan bisa meminimalisir risiko kehilangan pekerjaan akibat perubahan teknologi.

Menurut studi McKinsey, 87% perusahaan saat ini menyadari bahwa mereka mengalami kekurangan keterampilan digital di antara karyawan mereka. Dengan upskilling dan reskilling, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi.

Pengembangan karir melalui upskilling dan reskilling adalah kunci untuk bertahan di dunia kerja yang dinamis. Jangan menunggu sampai terlambat—mulailah belajar keterampilan baru atau tingkatkan keterampilan yang Anda miliki sekarang juga. Jika Anda tertarik untuk memperluas wawasan tentang upskilling dan reskilling, unduh ebook gratis kami yang berisi panduan praktis untuk membantu Anda tetap relevan di dunia kerja modern!

Sebagai penutup, ingatlah bahwa dunia kerja terus berubah, dan mereka yang bertahan adalah mereka yang siap untuk terus belajar. Ingatlah kutipan dari Alvin Toffler: “The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn.” Jangan takut untuk terus belajar, karena dunia kerja akan selalu berubah, dan yang mampu beradaptasi adalah mereka yang akan memenangkan persaingan.

Seperti kata pepatah, *”Di saat angin perubahan bertiup, sebagian orang membangun tembok, sementara yang lain membangun kincir angin.”* Kitalah yang harus membangun “kincir angin” melalui upskilling dan reskilling, agar angin perubahan membawa kita menuju kesuksesan yang lebih besar.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *